Selasa, 20 November 2012

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PESTISIDA DAN APLIKASINYA “Cara Kerja Pestisida”


I.       PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan tanaman adalah pestisida.            Sejak terjadinya krisis pangan di seluruh dunia akibat efek dari perang dunia II, para ahli pangan mulai gencar merencanakan suatu program yang dapat menjawab tantangan krisis pangan. Dan ditambah lagi ketika petani memerlukan hasil produksi yang cepat, efisien, dan terjaminnya hasil produksi, maka lahirlah “Revolusi Hijau” dimana terjadi peningkatan penggunaan pestisida kimia sintetis sebagai   pengendali hama, penyakit, dan gulma atau yang di kenal dengan OPT. Bahan aktif yang dikandung dalam pestisida merupakan senyawa pestisida dalam formulasi (campuran antara senyawa utama pestisida dengan bahan lain).
Golongan pestisida terbagi menjadi 3 bagian, yaitu; 1) formulasi, 2) cara kerja, 3) susunan kimia. Formulasi pestisida berupa cairan, butiran, debu, dan tepung. Dan dalam teknis aplikasi pestisida berupa kontak, fumigasi/teknik gas, sistemik, dan lambung. Serta susunan kimia dalam pestisida antara lain; organik dan anorganik.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis. Dalam  pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.  Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya.  Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar.  Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida.Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida”. Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya. Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang.
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi.Pengendalian hama berumur setidaknya sama dengan pertanian, lantaran petani perlu mempertahankan tanamannya dari serangan hama. Untuk memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan hewan pengganggu.


B.     Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efek pestisida terhadap serangga sasaran.



II.    HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil

Hasil yang didapat dalam praktikum kali ini adalah;
-          Kelompok I


Perlakuan                                      Waktu Pengamatan                 Keterangan


-          Kutu Beras 1                     1 Menit 30 Detik                           Mati
-          Kutu Beras 2                     1 Menit 30 Detik                           Mati
-          Kutu Beras 3                     1 Menit 30 Detik                           Mati
-          Kutu Beras 4                     1 Menit 30 Detik                           Mati
-          Kutu Beras 5                     1 Menit 30 Detik                           Mati
-          Kutu Beras 6                     1 Menit 30 Detik                           Mati
-          Kutu Beras 7                     1 Menit 40 Detik                           Mati
-          Kutu Beras 8                     1 Menit 45 Detik                           Mati 
-          Kutu Beras 9                     1 Menit 45 Detik                           Mati 
-          Kutu Beras 10                   1 Menit 40 Detik                           Mati
                                                                                       






B.  Pembahasan

            Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.
            Sifat-sifat atau cara kerja insektisida tersebut mempunyai spesifikasi terhadap cara aplikasinya :
1.  Untuk mengendalikan hama yang berada didalam jaringan tanaman (misalnya hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan. Hama yang berada didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam jaringan tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.
2. Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang, kutu gajah dll), penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif, karena saat penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan daun, maka mereka akan mati keracunan.

    Morfologi dari Sitophilus oryzae terdiri dari caput, moncong, mata, antenna, thorax, tungkai, sayap dan abdomen. Gejala serangan yang ditimbulkan dari hama ini adalah beras menjadi mudah pecah dan hancur seperti tepung dan juga terdapat lubang kecil pada beras. Kumbang beras atau yang lebih dikenal dengan kutu beras memiliki ciri morfologi yaitu Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.
Pengendalian hama kumbang beras ini adalah melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
1.   Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
2.   Efisien untuk mengendalikan hama tertentu
3.   Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
4.   Tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
5.   Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
6.   Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
7.   Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
8.   Relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
9.   Harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.


















III.  KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
1.      Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.
2.      Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan.
3.      Morfologi dari Sitophilus oryzae terdiri dari caput, moncong, mata, antenna, thorax, tungkai, sayap dan abdomen.
4.      Gejala serangan yang ditimbulkan dari hama ini adalah beras menjadi mudah pecah dan hancur seperti tepung dan juga terdapat lubang kecil pada beras.














IV. DAFTAR PUSTAKA


Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka : Jakarta         Selatan.
Untung K, Pengatar Pengelolaan Hama Terpadu, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, Press, 2001
Widianto, R., Petunjuk Penggunaan Pestisida, Jakarta: Penebar Swadaya, 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar