I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan tanaman adalah pestisida. Sejak terjadinya krisis pangan di
seluruh dunia akibat efek dari perang dunia II, para ahli pangan mulai gencar
merencanakan suatu program yang dapat menjawab tantangan krisis pangan. Dan
ditambah lagi ketika petani memerlukan hasil produksi yang cepat, efisien, dan
terjaminnya hasil produksi, maka lahirlah “Revolusi Hijau” dimana terjadi
peningkatan penggunaan pestisida kimia sintetis sebagai pengendali hama, penyakit, dan gulma atau
yang di kenal dengan OPT. Bahan aktif yang dikandung dalam pestisida merupakan
senyawa pestisida dalam formulasi (campuran antara senyawa utama pestisida
dengan bahan lain).
Golongan pestisida terbagi menjadi 3 bagian, yaitu; 1) formulasi, 2)
cara kerja, 3) susunan kimia. Formulasi pestisida berupa cairan, butiran, debu,
dan tepung. Dan dalam teknis aplikasi pestisida berupa kontak, fumigasi/teknik
gas, sistemik, dan lambung. Serta susunan kimia dalam pestisida antara lain;
organik dan anorganik.
Pada
umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut
adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia.
Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek
samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan
tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal
I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya.
Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis. Dalam
pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif
terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi
memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani
masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah
baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang
bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri
dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara
aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
Penggunaan pestisida kimia pertama kali
diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap
sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia
beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan
untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin
sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida.Pada
tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan
diaplikasikan secara luas. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an
dan 1950an sebagai “era pestisida”. Penggunaan pestisida terus meningkat lebih
dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton
pestisida ini digunakan setiap tahunnya. Dari seluruh pestisida yang diproduksi
di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang.
Pengendalian
hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme
pengganggu yang disebut hama
karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi.Pengendalian hama
berumur setidaknya sama dengan pertanian,
lantaran petani perlu mempertahankan tanamannya dari serangan hama. Untuk
memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan hewan
pengganggu.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efek
pestisida terhadap serangga sasaran.
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang didapat dalam praktikum kali ini adalah;
-
Kelompok
I
Perlakuan Waktu
Pengamatan Keterangan
-
Kutu
Beras 1 1 Menit 30
Detik Mati
-
Kutu
Beras 2 1 Menit 30
Detik Mati
-
Kutu
Beras 3 1 Menit 30
Detik Mati
-
Kutu
Beras 4 1 Menit 30
Detik Mati
-
Kutu
Beras 5 1 Menit 30
Detik Mati
-
Kutu
Beras 6 1 Menit 30
Detik Mati
-
Kutu
Beras 7 1 Menit 40 Detik Mati
-
Kutu
Beras 8 1 Menit 45 Detik Mati
-
Kutu
Beras 9 1 Menit 45 Detik Mati
-
Kutu
Beras 10 1 Menit 40 Detik Mati
B. Pembahasan
Racun lambung atau perut
adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke
pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ
pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke
tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida.
Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi,
meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus
memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam
jumlah yang cukup untuk membunuh.
Sifat-sifat atau cara kerja insektisida tersebut
mempunyai spesifikasi terhadap cara aplikasinya :
1. Untuk mengendalikan hama yang berada didalam
jaringan tanaman (misalnya hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya
dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu
insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya hama
yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan. Hama yang berada
didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi penyemprotan
insektisida kontak, karena hama didalam jaringan tanaman tidak akan bersentuhan
(kontak) langsung dengan insektisida.
2. Untuk mengendalikan hama-hama yang
mobilitasnya tinggi (belalang, kutu gajah dll), penggunaan insektisida kontak
murni akan kurang efektif, karena saat penyemprotan berlangsung, banyak hama
tersebut yang terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, selang
beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat kembali lagi.
Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang memiliki
sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak lama. Dengan
demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan daun, maka mereka akan
mati keracunan.
Morfologi dari Sitophilus oryzae terdiri
dari caput, moncong, mata, antenna, thorax, tungkai, sayap dan abdomen. Gejala
serangan yang ditimbulkan dari hama ini adalah beras menjadi mudah pecah dan
hancur seperti tepung dan juga terdapat lubang kecil pada beras. Kumbang beras atau yang lebih dikenal dengan kutu beras memiliki
ciri morfologi yaitu Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan,
setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna
kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri,
dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak
berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya
dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.
Pengendalian
hama kumbang beras ini adalah melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari,
diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan
melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan
sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu,
pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip
penggunaannya adalah:
1.
Harus kompatibel dengan
komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
2.
Efisien untuk mengendalikan
hama tertentu
3.
Meninggalkan residu dalam waktu
yang tidak diperlukan
4.
Tidak boleh persistent, jadi
harus mudah terurai
5.
Dalam perdagangan (transport,
penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang
maksimum
6.
Harus tersedia antidote untuk pestisida
tersebut
7.
Sejauh mungkin harus aman bagi
lingkungan fisik dan biota
8.
Relatif aman bagi pemakai (LD50
dermal dan oral relatif tinggi)
9.
Harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak
memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian.
Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman
di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata
pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat
menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan
kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Pestisida adalah substansi
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama.
2.
Racun lambung atau perut adalah
insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke pencernaan
melalui makanan yang mereka makan.
3. Morfologi dari Sitophilus oryzae terdiri
dari caput, moncong, mata, antenna, thorax, tungkai, sayap dan abdomen.
4. Gejala serangan yang ditimbulkan dari
hama ini adalah beras menjadi mudah pecah dan hancur seperti tepung dan juga
terdapat lubang kecil pada beras.
IV. DAFTAR
PUSTAKA
Novizan.
2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida.
Agro Media Pustaka : Jakarta
Selatan.
Untung K, Pengatar Pengelolaan Hama Terpadu,
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, Press, 2001
Widianto,
R., Petunjuk Penggunaan Pestisida,
Jakarta: Penebar Swadaya, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar