Ulat api Darna spp.
terdiri dari beberapa spesies yaitu Darna(Orthocraspeda) trima Moore, Darna
catenatus, Darna (Ploneta) diductaSnellen, Darna (Ploneta) bradleyi,
Darna (Oxyplax) pallivitta Moore,Darna (Darna) metaleuca Walker, Darna (Orthocraspeda) bornesordida,
Darna (Orthocraspeda) tuaranensis Holloway. Dari
kedelapan spesiesDarna, yang umum menyerang dan terdapat di
perkebunan kelapa sawit adalah D. trima, D. catenatus, D.
diducta, dan D. bradleyi.
Darna (Orthocraspeda) trima Moore Biologi
Ulat api Darna trima mempunyai
siklus hidup sekitar 60 hari (Hartley, 1979). Pada instar 2-3 larva memakan
daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal daun. Darna trima, larva
mengikis daging daun dari permukaan bawah dan menyisakan epidermis daun bagian
atas, sehingga akhirnya daun yang terserang berat akan mati kering seperti
bekas terbakar. Larva menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun
tua sudah habis larva juga memakan daun-daun muda. Ngengat aktif pada senja dan
malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-pelepah daun tua
dengan posisi terbalik (kepala di bawah). Darna trima, di
waktu siang hari, ngengat suka hinggap di daun-daun yang sudah kering dengan
posisi kepala di bawah dan sepintas seperti ulat kantung.
Darna trima hanya berpupa di
ketiak daun atau pelepah daun. Pengetahuan mengenai biologi dan perilaku sangat
penting ketika akan menerapkan tindakan pengendalian hama sehingga efektif.
Kokon dapat dijumpai menempel pada helaian daun, di ketiak pelepah daun atau di
permukaan tanah sekitar pangkal batang dan piringan (Susanto et al.,2006).
Ngengat
Ngengat berwarna coklat gelap
dan lebar rentangan sayap sekitar 18 mm. Sayap depan berwarna coklat gelap
dengan sebuah bintik kuning dan empat garis hitam. Sayap belakang berwarna abu-
abu tua. Ngengat aktif pada malam hari (nokturnal), sedangkan pada siang hari
suka hinggap di daun-daun yang sudah kering dengan posisi kepala di bawah dan
sepintas seperti ulat kantong (Sudharto, 1991).
Telur
Telur bulat kecil, berukuran sekitar 1,4
mm, berwarna kuning kehijauan dan diletakkan secara individual di permukaan
helai daun kelapa sawit, terutama permukaan sebelah bawah. Sepintas telur D.
trima seperti tetesan minyak yang melekat di daun kelapa sawit dan
sulit untuk dilihat. Seekor ngengat dapat meletakkan telur sebanyak 90 butir,
tetapi pada waktu eksplosif dapat mencapai 300 butir. Telur menetas dalam waktu
3 – 5 hari (Sudharto, 1991).
Larva
Larva yang baru menetas
berwarna putih kekuningan kemudian menjadi coklat muda dengan bercak-bercak
jingga, dan berwarna coklat gelap pada bagian punggung apabila telah tua.
Panjang larva 13-15 mm. Stadia larva berlangsung selama 26 – 33 hari, umumnya
menyerang daun tua pada tanaman muda dan dewasa (Sudharto, 1991).
Kepompong
Menjelang berkepompong larva membentuk
kokon dari air liurnya dan berkepompong di dalam kokon tersebut. Kokon dapat
dijumpai di pangkal helaian daun, di ketiak pelepah daun atau di permukaan
tanah sekitar pangkal batang dan piringan. Kokon berwarna cokelat, ditutupi
serat-serat halus mirip sutera, berbentuk oval dengan diameter 5-6 mm dan lebar
3 mm. Lama stadia kepompong sekitar 10 – 14 hari (Sudharto, 1991). Siklus
hidup D. trima keseluruhan selama 2 bulan.
Darna catenatus
Jenis ini dijumpai terbatas di Sulawesi,
dapat menyebabkan kerusakan berat pada daun. Larva pada instar awal berwarna
kehijauan, selanjutnya terdapat garis kebiruan di punggung, bagian tengah larva
mengecil, panjangnya 14-15 mm, lebarnya 5-7 mm. Ngengat betina kelabu, rentang
sayapnya 10-14 mm, dan yang jantan berwarna lebih terang dengan rentang sayap
8-10 mm. Kepompongnya agak bulat, berwarna cokelat muda, berukuran 7 x 5 mm,
melekat di bagian bawah daun, disepanjang tulang daun atau di pangkal pelepah.
Telurnya ± 300 butir. Siklus hidupnya 38-49 hari, stadium larva 25-30 hari.
Siklus hidupnya 38-49 hari, stadium larva 25-30 hari.
Darna (Ploneta) diducta Snellen
Ngengat
Ngengat berwarna coklat tua, dengan
rentangan sayap sedikit lebih lebar dibandingkan D. trima yakni
sekitar 24 mm. Perilaku ngengat ini hampir sama dengan ngengat D.
trima (Sudharto, 1991).
Telur
Telur hampir sama dengan telur D.
trima dan setiap ngenngat betina mampu meletakkan telur sekitar 60
butir, tetapi pada keadaan eksplosif dapat mencapai 225 butir. Telur menetas
dalam waktu 4 – 6 hari (Sudharto, 1991).
Larva
Larva muda sulit dibedakan dengan D.
trima dan biasanya populasi kedua jenis ini bercampur pada tanaman
kelapa sawit. Larva tua berwarna coklat dengan bercak- bercak putih di
punggungnya. Jenis ini ada kecenderungan menempati strata yang sedikit lebih
atas pada tajuk daun kelapa sawit dibandingkan D. trima. Stadia
larva berlangsung selama 30 – 37 hari, dan mampu menghabiskan helaian daun
seluas 165 cm2. Larva mudanya berukuran panjang 15-18 mm dan lebar 7-13 mm,
berwarna kelabu hingga cokelat kemerahan dengan garis kekuningan di punggung
membentuk semacam jaring, dan memiliki bercak hitam berbentuk segi tiga sama
sisi. Pada punggung ada 3 pasang bercak kuning, bercak tengah lebih besar.
Larva muda menggerus kulit ari daun, selanjutnya memakan keseluruhan anak daun
mulai dari ujung daun-daun bawah. (Sudharto, 1991).
Kepompong
Perilaku berkepompong hampir sama
dengan D. trima, demikian juga lamanya stadia kepompong yakni
berkisar antara 11 – 14 hari. Kepompongnya berukuran 10 x 8,3 mm, berwarna
cokelat, ditutupi tenunan benang-benang mirip sutera, berada pada pangkal
pelepah atau di bagian pangkal batang. Jenis ini kerap ditemukan bersama jenisDarna lainnya.
Siklus hidup D. diducta secara keseluruhan berkisar ±45-57
hari, termasuk stadium larva 30-37 hari (Sudharto, 1991).
Darna diducta berperan sebagai hama
pada tanaman Cocos dan Metroxylon, akan tetapi juga menyerang tanaman
palem-paleman termasuk kelapa sawit (Elaeis) dan Pinang. Hama ini memiliki
inang alternatif yaitu Musa sp. (Musaceae), Carica sp.
(Caricaceae), Annonasp. (Annonaceae), Theobroma sp.
(Sterculiaceae), Nephelium sp. (Sapindaceae), Eugenia sp.
(Myrtaceae) dan Michelia sp. (Magnoliaceae).
Darna (Ploneta) bradleyi
Jenis ini sering dijumpai di Sumatera
dan Kalimantan, menyerang mulai dari daun bawah. Perbedaan antara keduanya
terletak pada warna ngengatnya dan pola bercak-bercak pada punggung larva.
Ngengat D. bradleyi berwarna coklat muda, dengan sisik-sisik
yang lebih halus serta sedikit lebih kecil.
Larva muda memanjang dengan
punggung berwarna gelap dengan dua garis putih kekuningan di bagian samping,
selanjutnya terdapat bercak kuning di tengah punggung, panjangnya 15 mm.
Ngengat jantan berwarna kelabu dengan rentang sayap 9-10 mm, dan yang betina
lebih pucat dengan rentang sayap 11-12 mm. Kepompong berwarna cokelat tertutup
benang-banang halus mirip sutera, oval, berukuran 7 x 6 mm. Telur diletakkan di permukaan bawah daun,
berkelompok ± 10 butir, bening. Siklus hidupnya 44-48 hari, dimana stadium
larva berlangsung 30 hari.
GEJALA SERANGAN Darna spp.
DAN TINGKAT SERANGANNYA
Serangan Darna spp. di
lapangan umumnya mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat cepat dan
berbentuk seperti melidi (Gambar 10). Tanaman tidak dapat menghasilkan tandan
selama 2 – 3 tahun jika serangan yang terjadi sangat berat.
Umumnya gejala serangan dimulai dari
daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang
tersisa hanya tulang daun saja. Ulat api ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi
300–500 cm2 daun sawit per hari. (Sudharto, 1991).
PENGENDALIAN
Pengendalian yang dilakukan dalam
mengontrol populasi Darna spp. dengan menggunakan konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Susanto et al., 2010). Konsep
ini bertumpu pada monitoring dan sensus populasi hama di
lapangan.
Pengendalian populasi di bawah ambang
ekonomi :
Pengendalian dilakukan
secara hayati
Beberapa agens antagonis telah banyak
digunakan untuk mengendalikan ulat api. Agens antagonis tersebut adalah Bacillus
thuringiensis, Cordyceps militaris dan virus Multi-Nucleo
Polyhydro Virus (MNPV). Wood et al., (1972) menemukan
bahwa bakteri B. thuringiensis efektif melawan Darna
trima dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari.
Virus MNPV digunakan untuk mengendalikan
larva ulat api. Penggunaan larutan virus sebanyak 400 gram ulat terinfeksi
virus per hektar cukup efektif serta 3,6 kali lebih murah dibandingkan dengan
penggunaan pestisida. Walaupun pengaruhnya tidak secepat pestisida, akan tetapi
kesesuaiannya sebagai metode pengendali yang ber-kesinambungan sangat tepat
(Sudharto, 1991).
Selain beberapa entomopatogen
di atas, populasi ulat api dapat stabil secara alami di
lapangan oleh adanya musuh alami yaitu, predator dan parasitoid. Predator ulat
api yang sering ditemukan adalahEochantecona furcellata (Hemiptera:
Pentatomidae) dan Sycanus leucomesus (Hemiptera: Reduviidae).
Parasitoid dapat diperbanyak dan
dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi imago
parasitoid tersebut seperti Antigonon leptopus (Gambar 12),Turnera subulata (Gambar
13),Turnera ulmifolia, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Boreria alatadan Elephantopus
tomentosus. Oleh karena itu, clean weeding tidak
dianjurkan dan tanaman-tanaman tersebut hendak-nya tetap ditanam dan jangan
dimusnahkan. Tiong (1977) juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat
mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.
artikelnya bagus cukup detail dan begitu membantu, khusus pekebun sawit dan petugas lapangan, jika bisa artikel tentang OPT kelapa dalam, TQ
BalasHapus