BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik
dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama
di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,
kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi
semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk,
kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta
kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan
untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi
atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk
pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702
formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan
aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida
adalah sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman,
Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun
kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal
ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi
penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar.
Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis
pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
B. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis pestisida yang ada di
pasaran.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No
|
Nama
Pestisida
|
Bentuk
Formulasi
|
Jenis
Pestisida
|
Bahan
Aktif
|
1
|
Sidabas
|
Cair
|
Insektisida
|
BPMC
500 gr/l
|
2
|
Topdor
|
Padat
|
Insektisida
|
Imidakloprid
10%
|
3
|
Sidozol
|
Cair
|
Fungisida
|
Propicanozol
250 gr/l
|
4
|
Sidatan
|
Cair
|
Insektisida
|
Dimehipo
410 gr/l
|
5
|
Damin
|
Cair
|
Herbisida
|
2,4
DMA 875 gr/l
|
6
|
Percis
|
Cair
|
Insektisida
|
Deltametrin
30 gr/l
|
7
|
Sidamin
|
Cair
|
Herbisida
|
2,4D
DMA 865 gr/l
|
8
|
Sidafur
|
Padat
|
Insektisida
|
Karbofuran
3%
|
9
|
Sidafos
|
Cair
|
Herbisida
|
Ipa
Glyphosate 480 gr/l
|
10
|
Sida Up
|
Cair
|
Herbisida
|
Ipa
Glyphosate 490 gr/l
|
B. Pembahasan
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam
bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan
terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam
kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas
akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh
hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
1.
Harus kompatibel dengan
komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
2.
Efisien untuk mengendalikan
hama tertentu
3.
Meninggalkan residu dalam waktu
yang tidak diperlukan
4.
Tidak boleh persistent, jadi
harus mudah terurai
5.
Dalam perdagangan (transport,
penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang
maksimum
6.
Harus tersedia antidote untuk
pestisida tersebut
7.
Sejauh mungkin harus aman bagi
lingkungan fisik dan biota
8.
Relatif aman bagi pemakai (LD50
dermal dan oral relatif tinggi)
9.
Harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi
sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan,
bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam
menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat
membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan
populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil
karena hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan
dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu,
dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil
50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan
berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida
sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang
pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan
berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan
dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat
dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.
Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
A. Macam Dan Contoh Nama Pestisida
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan
berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb:
1.
Akarisida, berasal dari kata
akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga
disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
2.
Algisida, berasal dari kata
alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan
alge.
3.
Avisida, berasal dari kata avis
yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat
penolak burung serta pengontrol populasi burung.
4.
Bakterisida, berasal dari kata
latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
5.
Fungisida, berasal dari kata
latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh
jamur atau cendawan.
6.
Herbisida, berasal dari kata
latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan
pengganggu).
7.
Insektisida, berasal dari kata
latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi
untuk membunuh serangga.
8.
Larvisida, berasal dari kata
Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
9.
Molluksisida, berasal dari kata
Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk
membunuh siput.
10.
Nematisida, berasal dari kata
latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk
membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar)
11.
Ovisida, berasal dari kata
latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
12.
Pedukulisida, berasal dari kata
latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
13.
Piscisida, berasal dari kata
Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
14.
Rodentisida, berasal dari kata
Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang
pengerat, seperti tikus.
15.
Predisida, berasal dari kata
Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa
(predator).
16.
Silvisida, berasal dari kata
latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.
17.
Termisida, berasal dari kata
Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh
rayap.
Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk
pestisida, namun namanya tidak menggunakan akhiran sida:
1.
Atraktan, zat kimia yang baunya
dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai
penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
2.
Kemosterilan, zat yang
berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.
3.
Defoliant, zat yang
dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada
tanaman kapas dan kedelai.
4.
Desiccant. zat yang digunakan
untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
5.
Disinfektan, zat yang digunakan
untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
6.
Zat pengatur tumbuh. Zat yang
dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.
7.
Repellent, zat yang berfungsi
sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya. Contohnya
kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.
8.
Sterilan tanah, zat yang
berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad
9.
renik atau biji gulma.
10.
Pengawet kayu, biasanya digunakan
pentaclilorophenol (PCP).
11.
Stiker, zat yang berguna sebagai
perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.
12.
Surfaktan dan agen penyebar,
zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
13.
Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan
batang dan tunas.
14.
Stimulan tanaman, zat yang
berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.
B. Formulasi Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu.
Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar,
kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh
formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang
sering dijumpai:
1. Cairan
emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi
pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable
solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya
persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti
pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri
dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida
golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat
dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
Contoh gambar pestisida
bentuk cairan
2. Butiran
(granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang
pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam
untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya
terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa
serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen,
dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila
dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama
dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
Contoh gambar pestisida
bentuk butiran
3. Debu
(dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri
atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian
pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien.
Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini
diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung
(powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya
terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek
(biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di
belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water
soluble powder).
5. Oli
(oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan
singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan
minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini
sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia
(fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan
uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di
gudang penyimpanan.
Contoh gambar pestisida
bentuk fumigan
C. Kimia Pestisida
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari
105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur.
Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen,
nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau
semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic
1. Sifat
pestisida
Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat
pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus
bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih.
2. Tata
Nama Pestisida
Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara
pemberian nama atau dikenal dengan tata nama.
3. Cara
Kerja Pestisida
·
Pestisida kontak, berarti
mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.
·
Pestisida fumigan, berarti
mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.
·
Pestisida sistemik, berarti
dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan
mati kalau mengisap cairan tanaman.
·
Pestisida lambung, berarti
mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
D. Cara Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis
obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan
sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah
hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel
pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan
naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah
terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun.
Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya
kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida
adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah
menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya
resistensi.
1. Dosis
pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram
yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap
tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang
mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan
dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu.
Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk
keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis
pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2. Konsentrasi
pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam
hal penggunaan pestisida:
·
Konsentrasi bahan aktif, yaitu
persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan
air.
·
Konsentrasi formulasi, yaitu
banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
·
Konsentrasi larutan atau
konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan
jadi.
3. Alat
semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas
bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume
larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan
volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume)
biasanya kurang dari 5 liter.
4. Ukuran
droplet ada bermacam-macam ukuran droplet:
·
Veri coarse spray lebih 300 µm
·
Coarse spray 400-500 µm
·
Medium spray 250-400 µm
·
Fine spray 100-250 µm
·
Mist 50-100 µm
·
Aerosol 0,1-50 µm
·
Fog 5-15 µm
5. Ukuran partikel
Ada
bermacam-macam ukuran partikel:
·
Macrogranules lebih 300 µm
·
Microgranules 100-300 µm
·
Coarse dusts 44-100 µm
·
Fine dusts kurang 44 µm
·
Smoke 0,001-0,1 µm
6. Ukuran molekul hanya ada
satu macam, yatu kurang 0,001 µm
E. Petunjuk Penggunaan Pestisida
1. Memilih pestisida
Di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu
sama lain dapat berbeda nama dagangnya, walaupun mempunyai bahan aktif yang
sama. Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad
pengganggu yang akan dikendahikan. Hal tersebut penting karena masing-masing
formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis jasad pengganggu tertentu. Maka
formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad pengganggu yang akan
dikendalikan. Untuk mempermudah dalam memilih pestisida dapat dibaca pada
masing-masing label yang tercantum dalam setiap pestisida. Dalam label tersebut
tercantumjenis-jenis jasad pengganggu yang dapat dikendahikan. Juga tercantum
cara penggunaan dan bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Untuk menjaga kemanjuran pestisida, maka sebaiknya
belilah pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleb Departemen Pertanian
yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus asli dan label resmi. Pestisida
yang tidak diwadah dan tidak berlabel tidak dijamin kemanjurannya.
2. Menyimpan
pestisida
Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik,
dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak.
Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat
disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak
mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari
tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut
dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan
tidak bocor karena air hujan. Hal tersebut kesemuanya dapat menyebabkan
penurunan kemanjuran pestisida.
Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan air dan sabun ditergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu untuk mengganti wadah pestisida yang bocor.
Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan air dan sabun ditergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu untuk mengganti wadah pestisida yang bocor.
3. Menggunakan
pestisida
Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal
yang harus diperhatikan:
·
Pestisida digunakan apabila
diperlukan
·
Sebaiknya makan dan minum
secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida
·
Harus mengikuti petunjuk yang
tercantum dalam label
·
Anak-anak tidak diperkenankan
menggunakan pestisida, demikian pula wanita hamil dan orang yang tidak baik
kesehatannya
·
Apabila terjadi luka, tutuplah
luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka
·
Gunakan perlengkapan khusus,
pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup
hidung dan rambut dan atribut lain yang diperlukan
·
Hati-hati bekerja dengan
pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil
makan dan minum
·
Jangan mencium pestisida,
karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium
·
Sebaiknya pada waktu
pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka. Gunakan
selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus
·
Dalam mencampur pestisida
sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang
·
Tidak diperkenankan mencampur
pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan
·
Jangan menyemprot atau menabur
pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah
semprotan atau sebaran berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah
bekerja dan istirahat secukupnya
·
Wadah bekas pestisida harus
dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat
makanan maupun minuman
·
Pasanglah tanda peringatan di
tempat yang baru diperlakukan dengan pestisida
·
Setelah bekerja dengan
pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian,
dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin.
F. Petunjuk Keamanan, Pertolongan Pertama Pada
Keracunan Pestisida
1. Petunjuk
Keamanan
·
Jangan makan/minum atau merokok
pada waktu bekerja.
·
Pakailah sarung tangan,
pelindung tubuh, topeng muka, gunakan pakaian berlengan panjang /celana panjang
serta jauhkan dari nyala api pada waktu membuka wadah dan memindahkan pada
waktu bekerja
·
Sebelum makan, minum atau
merokok dan setelah bekerja, cucilah tangan atau kulit yang terkena insektisida
ini dengan air sabun, yang banyak, jangan menggunakan insektisida ini 10 hari
sebelum tanaman dipanen untuk tanaman pangan.
·
Setelah digunakan cucilah
dengan air semua peralatan semprot dan pakaian pelindung jangan mencemari
kolam, perairan dan sumber air lainnya dengan insektisida ini atau wadah bekasnya.
·
Simpan insektisida ini secara
tertutup rapat di tempat sejuk dan kering, jauh dari bahan makanan, api, sumber
air dan jangkauan anak-anak.
·
Rusakkanlah wadah bekasnya,
kemudian tanamlah sekurang-kurangnya 0,5 meter di dalam tanah dan jauh dari
sumber air.
2. Gejala
Dini Keracunan
·
Kulit atau mata terasa gatal
atau terbakar, pusing, sakit kepala, banyak menimbulkan keringat, mual, mencret,badan
gemetar, pingsan.
·
Apabila satu atau lebih gejala
tersebut timbul, segera berhenti bekerja, lakukan tindakan pertolongan pertama
dan pergilah ke Puskesmas/dokter terdekat.
3. Petunjuk
Pertolongan Pertama pada Keracunan
·
Tanggalkan pakaian yang terkena
insektisida ini.
·
Apabila kulit terkena, segera
cuci dengan sabun dan air yang banyak.
·
Apabila mata terkena, cucilah
segera dengan air bersih selama sedikitnya 15 menit.
·
Apabila tertelan dan penderita
masih sadar, segera usahakan permuntahan dengan memberikan segelas air hangat
yang diberi 1 sendok garam dapur atau dengan cara menggelitik tenggorokan
penderita dengan jari tangan yang bersih sampai cairan muntahan menjadi jernih.
·
Jangan memberi sesuatu melalui
mulut kepada penderita yang pingsan/tidak sadar.
·
Apabila terhisap segera dibawa
ke ruangan yang berudara sejuk/segar, apabila perlu berikan pernafasan buatan
melalui mulut atau dengan pemberian oksigen.
4. Perawatan
oleh Dokter
Perawatan dilakukan secara simptomatik sesuai dengan
gejala yang timbul.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Pestisida adalah substansi
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama.
2.
Pestisida juga diartikan
sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir
pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
3.
Di Indonesia untuk keperluan
perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008
hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan
penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
4.
Bentuk cair pada pestisida ;
· EC (Emulsifiable Cocentrate atau
Emulsible Cocentrate).
· Soluble Concentrate in water (WSC)
atau Water Soluble Concentrate (WSC).
· Aeous Solution (AS) atau Aquaous
Concentrate (AC).
· Soluble (SL).
· Flowable (F) atau Flowabel ini Water
(FW).
· Ultra Low Volume (ULV).
5.
Bentuk padat
· Wettable Powder (WP).
· Soluble powder (S atau SP).
· Butiran (G).
· Water Dipersible Granule (WG atau
WDG) .
· Seed dreesing (SD) atau Seed
Treatment (ST).
· Tepug Hembus atau Dust (D).
· Umpan atau bait (B) ready Mix Bait
(RB atau RMB).
B. Saran
Setelah kita memahami formulasi dan
jenis-jenis pestisida tentunya kita akan mudah dalam memilih bentuk formulasi serta
jenis-jenis pestisida yang ada di pasaran yang akan kita gunakan. Jika kita
akan mengaplikasikan langsung ketanah tentu kita akan memilih formulasi (G),
dan jika kita akan menyemprot kita akan memilih formulasi EC, WP, SL dll.
DAFTAR PUSTAKA
http://biotis.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82:apa-itu-pastisida&catid=14:berita
(Diakses, 20
Maret 2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida
(Diakses, 20 Maret 2011)
http://www.gerbangpertanian.com/2010/10/cara-membaca-formulasi-pestisida.html
(Diakses, 20 Maret 2011)
http://www.scribd.com/doc/3116466/PESTISIDA-DAN-PENGGUNAANNYA
(Diakses, 20 Maret 2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
(Diakses, 20 Maret 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar